Rabu, 18 November 2015

Salam Untukmu, Neptunus

Hai Neptunus,
Lama tak menjumpaimu, bahkan tuk sekedar menyebut namamu. Maaf.

Tahukah?
Tiba tiba alunan debur ombakmu terlintas di sela-sela pikiranku. Maaf karena ku hanya merindumu dalam diam, sembari membayangkan betapa tenangnya berada di rengkuhanmu. Bersama sinar rembulan yang sayup sayup terlihat di antara agungnya sang surya. Berteman kicauan burung yang menari di atas kerudungku yang tertiup anginmu. Ah, aku rindu suasana pantai dengan pasir putihnya yang lembut dan hangat. Hangat karena paparan matahari yang terserap.

Aku bahkan rindu untuk menangis. Gila bukan? Ada seorang gadis yang merindukan menangis, bukannya bahagia.
Aku rindu menangis di antara sunyinya persembunyianmu. Hanya merasa tenang, walaupun segala keluh kesalku hanya terjawab dengan bahasa bahasa alam yang tak pernah ku pelajari, tak pernah ada dalam memori otakku, dan tentu saja tak bisa ku mengerti.
Aku rindu melihat pantulan sinar rembulan di hamparan air asinmu yang menggelap karena menyesuaikan diri dengan sayupnya warna langit malam. Berteman dingin yang menusuk tulang.

Percaya tentangmu mungkin menjadi hal gila. Namun ada tidaknya dirimu, aku percaya kau memang selalu menjaga ciptaan-Nya, kerasnya karang, kokohnya deburan ombak, dan megahnya pantai yang selalu dan selalu ku rindukan.

Sampaikan salamku pada semua!

Gadis yang selalu merindumu,


Derina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar