Mojokerto, 08 Maret
2016
Selamat malam untukmu,
Bulan.
Yang kini sangat sering
disebut bersama pendambanya, Matahari. Banyaknya berita tentang gerhana
matahari esok hari membuatku sedikit berpikir.
Aku menemukan satu lagi alasan mengapa matahari begitu mendamba bulan.
Karena bulan mampu membuat sang mentari terlihat lebih megah. Dan mereka
mengajarkanku bahwa waktu tak sekejam yang aku kira. Waktu tak akan
mengkhianati sebuah penantian. Setelah bertahun tahun menunggu, akhirnya mereka
bertemu. Sang mentari dan idamannya, bulan, yang akhirnya dapat saling menatap
lurus.
Dan bulan, aku masih
pengagummu.
Terlintas di pikiranku,
mengapa kau mau menjadi bayangan hitam yang bahkan tak dieluh eluhkan saat sang
mentari sedang didamba semua orang? Lalu kau pergi dan kembali tak terlihat.
Kembali menanti hingga waktu itu tiba lagi.
Ingatlah bulan, jika
matahari akan terus mendambamu.
Matahari ingin kau tahu
bahwa ia begitu mengagumimu. Ia merindumu. Ia menunggu tawamu lagi. Ia menunggu
kau kembali. Tak apa jika bukan padanya, minimal kau bahagia. Karena sejak
awal, sang mentari tahu bahwa ia tak akan pernah mendapatkanmu.
Yang
akan selalu menunggumu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar