***
I don’t wanna steal your freedom
I don’t wanna change your mind
I don’t have to make you love me
I just wanna take your time
(Sam Hunt - Take Your Time)
***
“Bukankah
ini indah, Do?”, tanyanya tanpa melepas tautan jemari kami. Aku bisa melihat
mata bulatnya yang sedang menyorotku dari sela sela sudut mata. Ku balas
pertanyaannya dengan gumaman dan sedikit anggukan untuk mempertegas.
Pandanganku
mulai terbang menerawang ke depan, lalu terhempas lagi kebelakang, mengenang
memori yang masih terngiang. Menyadarkanku akan suatu hal yang selalu ku
pikirkan, namun tak pernah menemui penyelesaian. Pikiranku bergulat, memikirkan
satu nama yang berhasil membuatku seperti orang gila. Cinta.
Cinta?
Persetan dengan kata itu. Substansi semacam apa sebenarnya dia, hingga mampu
membutakan segalanya. Zat apa sebenarnya dia, hingga mampu memabukkanku,
membawaku terbang dalam kesenangan- lalu membiarkanku terjun dan terpuruk dalam
kegelapan. Tuhan, aku benar benar mencintai Cinta.
“Redo!”,
bentaknya dengan wajah yang cemberut, lengkap dengan bibir manyun dan pipi
menggembung.
Aku
gila? Ya.
Mengapa?
Karena aku selalu melangkah kembali setelah hatiku yakin untuk pergi. Setelah
hatiku cukup terluka untuk berpisah. Setelah air mataku cukup terkuras karena
perbuatannya.
Lalu
mengapa aku kembali? Hei, aku pun tak tahu. Aku bahkan telah mengucap kata
menyerah pada Zeus, tapi gejolak diri ini selalu menarikku kembali kepadanya.
Kepada Cinta yang aku cinta. Sudah ku bilang bukan, substansi ini membuatku
buta. B u t a. Akan segalanya.
“Kau
tahu, aku bahkan merasa iri padamu.”, ucapku pada Cinta sembari menatap sang
rembulan.
“Iri?
Padaku? Kenapa?”, tanyanya bingung.
Aku
meringis sambil mencubit hidungnya. “Karena kau tak harus takut untuk
menyakitiku. Karena pada akhirnya, aku akan kembali lagi padamu. Aku iri,
karena kau tak perlu berusaha merayuku ketika aku marah dan mendiamkanmu,
karena aku tak bisa marah dan mendiamkanmu. Tapi aku rela. Aku rela kau sakiti.
Aku rela kau marahi dan kau diamkan. Bukankah cinta memang perlu pengorbanan?
Aku rela, karena aku telah memilih untuk mencintaimu dengan segala resiko yang
akan Tuhan berikan kepadaku. Aku tak mau merubah apapun dari dirimu, aku juga
tak mau mencuri apapun darimu, aku hanya ingin kita akan terus menjadi kita.”,
ulasku lalu memeluknya yang tak kusadari sedang berlinang air mata.
Setahun
sudah wanita ini menjadi bagian spesial dalam hidupku. Selama itu pula aku,
tidak, maksudku kami harus tegar menghadapi segala kerikil yang Tuhan berikan
untuk menguji kami. Aku seseorang yang percaya takdir, jadi, jika kita memang
ditakdirkan untuk terus bersama aku yakin ini akan terasa mudah.
Untuk yang tercinta,
Cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar