Rabu, 23 Desember 2015

Sajak 'tuk Cinta

***
I don’t wanna steal your freedom
I don’t wanna change your mind
I don’t have to make you love me
I just wanna take your time
(Sam Hunt - Take Your Time)
***
“Bukankah ini indah, Do?”, tanyanya tanpa melepas tautan jemari kami. Aku bisa melihat mata bulatnya yang sedang menyorotku dari sela sela sudut mata. Ku balas pertanyaannya dengan gumaman dan sedikit anggukan untuk mempertegas.
Pandanganku mulai terbang menerawang ke depan, lalu terhempas lagi kebelakang, mengenang memori yang masih terngiang. Menyadarkanku akan suatu hal yang selalu ku pikirkan, namun tak pernah menemui penyelesaian. Pikiranku bergulat, memikirkan satu nama yang berhasil membuatku seperti orang gila. Cinta.
Cinta? Persetan dengan kata itu. Substansi semacam apa sebenarnya dia, hingga mampu membutakan segalanya. Zat apa sebenarnya dia, hingga mampu memabukkanku, membawaku terbang dalam kesenangan- lalu membiarkanku terjun dan terpuruk dalam kegelapan. Tuhan, aku benar benar mencintai Cinta.
“Redo!”, bentaknya dengan wajah yang cemberut, lengkap dengan bibir manyun dan pipi menggembung.
Aku gila? Ya.
Mengapa? Karena aku selalu melangkah kembali setelah hatiku yakin untuk pergi. Setelah hatiku cukup terluka untuk berpisah. Setelah air mataku cukup terkuras karena perbuatannya.
Lalu mengapa aku kembali? Hei, aku pun tak tahu. Aku bahkan telah mengucap kata menyerah pada Zeus, tapi gejolak diri ini selalu menarikku kembali kepadanya. Kepada Cinta yang aku cinta. Sudah ku bilang bukan, substansi ini membuatku buta. B u t a. Akan segalanya.
“Kau tahu, aku bahkan merasa iri padamu.”, ucapku pada Cinta sembari menatap sang rembulan.
“Iri? Padaku? Kenapa?”, tanyanya bingung.
Aku meringis sambil mencubit hidungnya. “Karena kau tak harus takut untuk menyakitiku. Karena pada akhirnya, aku akan kembali lagi padamu. Aku iri, karena kau tak perlu berusaha merayuku ketika aku marah dan mendiamkanmu, karena aku tak bisa marah dan mendiamkanmu. Tapi aku rela. Aku rela kau sakiti. Aku rela kau marahi dan kau diamkan. Bukankah cinta memang perlu pengorbanan? Aku rela, karena aku telah memilih untuk mencintaimu dengan segala resiko yang akan Tuhan berikan kepadaku. Aku tak mau merubah apapun dari dirimu, aku juga tak mau mencuri apapun darimu, aku hanya ingin kita akan terus menjadi kita.”, ulasku lalu memeluknya yang tak kusadari sedang berlinang air mata.
Setahun sudah wanita ini menjadi bagian spesial dalam hidupku. Selama itu pula aku, tidak, maksudku kami harus tegar menghadapi segala kerikil yang Tuhan berikan untuk menguji kami. Aku seseorang yang percaya takdir, jadi, jika kita memang ditakdirkan untuk terus bersama aku yakin ini akan terasa mudah.

Untuk yang tercinta,

            Cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar